Sabtu, 23 November 2013

Menggambar Yuk..

Hari sabtu kemarin, aku ikut Lomba Menggambar dan Mewarnai  Bersama Orang Tua yang diadakan TK Al-Irsyad (sekolah Adek-anak keduaku-). Undangan kuterima tiga hari sebelumnya. Di undangan tertera temanya adalah Keluarga Ceria. Waduh, sempet bingung juga. Ini tema acara apa tema gambar ya.. Waktu itu sempat mau telfon ibu gurunya tapi entah kenapa akhirnya ngga jadi.


Sebenarnya ini acara tahunan. Berhubung masnya juga sekolah di TK yang sama, jadi aku tahu kalau ini acara rutin. Dua tahun sebelumnya menggambar dengan media topi. Tahun berikutnya tas bekal. Nah yang ini, ngga ada clue medianya. Jadi aku menyimpulkan mungkin di kertas gambar biasa. Sekarang masalahnya nanti apa ya yang aku gambar..

Aku tidak bisa menggambar. Tapi kalau ada contoh gambar, insya Allah bisa lah meskipun ngga bagus :)
Waktu itu au sempat nggodain Adek.
"Dek, bunda kan ngga bisa gambar.. Ntar bunda bikin donat aja ya, boleh?"
Dia menjawab dengan polosnya "Boleh, nggambar apa wae boleh, sak karepe bunda." He..he..aku langsung  ngakak.

Hari Jumat sempat browsing-browsing bahan gambar yang sekiranya mudah dicontoh. Ya, ketemunya gambar kartun deh. Ok, besok tinggal nunut ngeprint di sekolah dan dibawa wakttu lomba. Tapi akhirnya rfencananya gagal. Karena satu dan lain hal. akku ngga jadi ngeprint gambar tersebut. Dan jadilah, sabtu pagi kita hanya bawa Crayon.

Sampai di TK, wah, udah rame. Maklum aku telat setengah jam dari undangan. Ibu-ibu, bapak-bapak, bercampur baur dengan anak-anak mereka. Oleh penerima tamu, aku dipersilakan langsung menuju kelas Adek. Mungkin untuk menerima kertas gambar, pikirku. Sambil jalan ke kelas Adek di bagian belakang, kulihat kelas-kelas penuh, lorong juga.

Dan ketika dapat tempat dan kertas gambar, akupun bingung. Mau nggambar apa nih.. Pasalnya, waktu tengok kanan kiri, wah, nih ibu-ibu gambarnya bagus-bagus. Dan lihatlah apa yang mereka gambar. KELUARGA. Yang berarti ada ayah, ibu, dan anak. Mirip-mirip gambar iklan keluarga berencana gitu. he..he.. Agak geli juga melihat ada ibu-ibu yang samapai menjiplak gambar gitu. Pantesan gambarnya bagus banget.(Hush..)

Beberapa menit setelah duduk, aku belum mulai menggambar. Dan agaknya Adek menangkap ketidaksiapanku ini. Aku tersenyum liat dia manyun. Dan mataku tertumbuk pada (apaan coba..) gambar di kotak crayon yang kami bawa. Yes, alhamdulillah ada yang bisa dicontoh. Ehm, agakk ragu juga. Nih ibu-ibu di samping gambarnya foto keluarga semua. Nah aku mau gambar laut. Waduh, ngga pa pa deh. Bismillah..

Adek yang pertama protes waktu dia liat sketsaku. Sepertinya dia juga membandingkan dengan gambar teman-temannya.
"Dek, ini kan disuruh gambat keluarga sama bu Guru.. Nah, ini gambar bunda, keluarga laut. Ada keluarga kura-kura, keluarga ikan, ya.." Aku cemas juga, bukan masalah menang atau ngga, tapi  khawatir kalau Adek kecewa dengan gambaranku. Ngga seru dong kalau dia ngga seneng. Tapi alhamdulillah, dia kemudian ngangguk-angguk sambil tersenyum. Akhirnya dia pamit main, dan bilang akan datang kalau bunda selesai menggambar untuk mewarnai.


Dengan perjuangan keras akhirnya gambarku jadi. Biar menghindari kontroversi (halah..:p) gambar itu kuberi judul "Keluarga Biota Laut" . Dan Adek dengan semangat mewarnai gambarku yang... ya, gitu deh. Setidaknya hari ini we have a good time together. Ada sesuatu yang ngga bisa diceritakan saat dia datang bawa teman-temanya untuk merubungi aku, lalu menunjukkan gambar yang  aku buat. Senang sekali melihat anak-anak itu berlarian kesana kemari, melihat Mamanya si A, atau Ayahnya si B menggambar ini dan itu buat mereka. Kayaknya ngga perlu piala untuk membuat mereka bahagia. Dan bagiku, melihat senyum keceriaan mereka melebihi piala apapun.


Minggu, 03 November 2013

Seru-seruan dan dapat ilmu di MB Fair surabaya

Hari Sabtu, 02 Nopember 2013 kemarin, saya berkesempatan datang ke Talkshow "Blogger for Working Moms". Acara yang bekerja sama dengan IIDN ini, merupakan bagian dari Mother and Baby Fair Surabaya yang digelar di Grand City Mall tanggal 1 - 3 Nopember 2013. Di samping berniat nimba ilmu tentang ngeblog, lumayan, bisa kopdar dengan teman-teman dari IIDN.


Memasuki pintu utama, mata langsung menangkap nuansa pink. Manis banget. Tidak butuh waktu lama menemukan lokasi Talk Show. Wah, terlihat beberapa peserta sudah duduk manis di kursi peserta. Eh, ternyata mbak Rahmah-pemateri- sudah hadir lho. Beliau juga duduk di kursi peserta, bersama anggota IIDN yang lain. Setelah sedikit beramah-tamah, aku mengambil tempat. Takjub juga dengan desain stage yang simple dan sweet. Tidak jauh dari stage, ada arena bermain untuk anak. Oh ya, ada juga spot untuk photo session ala sampul majalah lho. Jadi sedikit menyesal datang kesorean.

Beberapa menit kemudian, talk show dimulai. Setelah sedikit memperkenalkan mbak Rahmah sebagai blogger yang produktif, MC mempersilahkan beliau naik ke stage.




Materi mbak Rahmah bertajuk "Ayo Moms, Kita nge BLOG!". Saya yang memang berniat untuk belajar,  langsung fokus ke depan. Meskipun beberapa kali hilang konsentrasi karena sambil ngawasi anak.:) Inti dari pemaparan mbak Rahmah adalah ngeBlog itu gampang lho.Ada banyak hal di sekeliling kita yang bisa dijadikan bahan nulis di blog.

Bagi working moms, bisa nulis seputar pekerjaan. Bisa jenis pekerjaan, situasi di tempat kerja, perjalanan dari rumah - kantor - rumah atau tentang bagaimana memajukan perusahaan. Bisa juga cerita tentang sosok pemimpin. Hmm, jadi punya ide:)
Sedangkan untuk full time moms, bisa nulis mengenai pengamalan  kehamilan, mendidik anak, tumbuh kembang anak, juga cerita seru saat liburan. Wah, ternyata keseharian kita juga bisa dijadikan bahan ngeblog ya. Tapi hati-hati lho. Mbak Rahmah tidak menyarankan menulis hal-hal pribadi di blog. Karena begitu kita mem-publish, postingan kita jadi millik publik.

Mbak Rahmah juga berbagi kiat agar bisa konsisten ngeBlog. Luangkan 2  atau 3 jam perhari. Atau kalau kesulitan, bisa 3 kali seminggu. Beliau menambahkan, usahakan mencatat ide yang lewat. Terus, sering-sering ikut lomba ngeBlog, dan gabung ke komunitas blogger. Dan jangan lupa Blog Walking ya. Biar semangatnya terjaga.

Di akhir materi, mbak Rahmah mengutip sebuah jurus jitu agar sukses ngeBlog. Jurus 3 M. Mulai dari yang kecil. mulai dari sekitar kita, dan yang terpenting mulailah sekarang juga. Keren kan jurusnya. Mengenai berpenghasilan atau keuntungan materi dari blog, menurut beliau itu adalah bonus. Yang penting adalah blog sebagai ajang aktualisasi diri, dan menikmati setiap prosesnya. Pada saatnya, bonus akan kita dapatkan. Hmm, jadi on fire buat konsisten ngeblog nih.

Sesi tanya jawab tak kalah seru. sampai-sampai mbak MC agak kerepotan memilih siapa yang lebih dulu dapat giliran bertanya. Maklum ibu-ibu, jadi agak heboh.:) Dan mbak Rahmah menjawab semua pertanyaan dengan lugas dan memuaskan. Oh ya, ada hadiah voucher buat penanya juga lho. Dan acarapun selesai. Acara ditutup dengan penyerahan buku Storycake Keajaiban Rezeki dari mbak Nunu El-Fasa ke mbak Rahmah. Dan terakhir...foto-foto dong. he..he..

doc, mb, Nunu El-Fasa


Eh, ada lagi ding. Setiap peserta dapat majalah Mother and baby juga. Sebelumya, saat masuk arena anak-anak dapat balon. Pokoknya seru deh. Pulang, dapat ilmu ngeBlog dari suhunya. Sebenarnya ingin berlama-lama ngobrol, tapi apa daya waktu tidak memungkinkan. Insya Allah, next time bisa ketemu dalam event yang tak kalah seru. Go IIDN!




Sabtu, 26 Oktober 2013

Road to my First Storycake

Awal Agustus sampai minggu pertama September ini, seluruh pikiranku tercurah ke audisi Storycake yang digelar IIDN bekerjasama dengan penerbit GPU. Awal baca postingan, aku langsung bertekad untuk ikut. Pertama, karena syaratnya nggak seberapa sulit. Hanya mengirimkan kisah nyata sesuai tema, tiga sampai lima halaman.Motif kedua adalah aku udah lama gabung di IIDN, mupeng banget lihat temen-teman yang produktif. Tema yang diminta adalah Miracle of Dream, Keajaiban Do'a, dan Keajaiban Silaturahmi. Aku langsung menyasar tema kedua. Di fikiranku sudah ada beberapa kejadian yang dialami teman-teman yang menurutku sangat cocok dengan tema tersebut. Saat itu aku yakin bisa mengirimkan naskah sebelum deadline.


Tapi ternyata, menuliskan kisah nyata tak semudah yang kubayangkan. Apalagi jika yang mengalami orang lain. Satu minggu aku tak menghasilkan apapun, kecuali tulisan satu paragraf. Akupun  menyerah. Aku harus menangkap ide lain. Kemudian terfikir tema pertama. Kenapa tidak kutuliskan impianku menjadi penulis. Toh, tidak disyaratkan mimpi itu sudah tercapai. Bismillah.. Karena kisahku sendiri, aku lancar menuliskannya. Tidak sampai dua jam, naskah itu selesai. Aku berniat mengirimkan naskah  itu besok.

Tapi kemudian aku mengurungkan niatku mengirimkannya. Pasalnya, saat membaca  timeline Storycake Miracle Dream di  facebook, naskah yang dikirim kebanyakan seputar mimpi penulis. Dan PJ berharap ada naskah yang berbeda. Waduh, sepertinya ini pertanda buatku. Untuk kedua kalinya, aku harus membuat tulisan yang berbeda. Kemudian aku teringat dengan kisahku saat lebaran kemarin. Dan aku memutuskan untuk menuliskannya. Yah, akhirnya kisah itu yang aku kirim untuk audisi Storycake Silaturahmi.

Selesai mengirimkan naskah, belum berarti aku bisa tenang. Audisi itu mensyaratkan peserta memiliki buku storycake yang sudah beredar, kemudian mengupload fotonya. Dan bagiku, itu bukan perkara yang gampang. Untuk bisa ke toko buku, aku harus menunggu hari minggu. Senin sampai Sabtu, aku mengajar sampai jam dua siang, kecuali hari jum'at. Sore ngantar  anak-anak ngaji, dan mau keluar malam, udah nggak sanggup bikin mata melek. he..he..  Dan saat itu mepet sekali. Deadline mengupload foto tanggal 15 September. Sampai tanggal 14, aku belum punya buku yang diminta.Kebetulan suami juga sedang di luar kota. Akhirnya, dengan segala kenekatan, sabtu malam aku ke toko buku. :) Bersama adik perempuan dan kedua krucilku, kami naik becak, kemudian naik taksi ke sebuah Plaza.

Sampai di sana, kami langsung menuju toko buku, kira-kira lima belas menitan, setelah dibantu mbaknya, buku yang kami cari ketemu. Dari kasir, kami langsung ngacir pulang. Sebelumnya berhenti dua kali di kedai roti, beli roti dan minum untuk dibawa pulang. That's it. Nak taksi di depan plaza, dan kamipun pulang. Perjalanan kilat. he..he.. Di perjalanan pulang, adikku guyon waduh, mahalan taksinya nih. :)
Dan kamipun sampai di rumah sebelum jam sembilan. Anak-anak langsung tidur. - mereka biasa tidur jam 8 sih- . Padahal rencananya mereka yang mau dijadikan model untuk foto yang akan kukirim. Batal deh pemotretan malam itu. 


Akhirnya ketika besok paginya mereka bangun, langsung dikaryakan.he..he.. *emak-emak  kejem :) Setelah beberapa kali jeprat-jepret, berhasil. Aku buka facebook, langsung upload salah satu fotonya. Alhamdulillah, lega... Segala ikhtiar sudah dilakukan. Tinggal nunggu pengumuman. Mudah-mudahan Allah memberi yang terbaik.

Sabtu, 03 Agustus 2013

Writing Challenge #1

Tentang Aku

Sebenarnya agak-agak gimana gitu nulis tentang diri sendiri. Tapi demi menyembuhkan kebekuan otak dan kekakuan jari yang akut, ngga pa pa deh. Bismillah...



Foto di atas diambil di sebuah studio foto di Surabaya. Aku lupa kapan tepatnya. Yang pasti aku masih SD dan saat itu sedang liburan sekolah. Ya, that's me. Paling kiri. Aku sulung dari tiga bersaudara. Lima bersaudara sih, kalau dari ibu yang berbeda. Nanti mungkin aku cerita tentang ini. Kapan-kapan, Insya Allah. 
Fotonya udah jadul banget ya. Iya lah, sekarang aja aku udah 35 tahun. si bungsu di foto itu udah 29 tahun. Kalo kata buku bahasa daerahku dulu waktu SD, kami ini pancuran kapit sendhang. Tiga bersaudara, laki-laki di tengah. Ini foto yang paling kusuka. Soalnya di foto ini, aku yang paling tinggi. he.he.. Semakin berjalannya waktu, aku jadi yang paling nggak tinggi. :P

Aku dibesarkan di lingkungan keluarga yang agamis. Pendidikan agama adalah yang utama bagi keluargaku. Bahkan saat SD, aku juga disekolahkan di Madrasah. O ya, aku menghabiskan masa kecil sampai lulus SD di Lamongan. Masa kecil di Lamongan berarti dekat dengan sungai, perahu, sawah, tumpukan batang padi. Juga masjid. Sejak kecil kami diajak untuk dekat dan cinta dengan agama yang kami anut. Dengan sholat berjama'ah lima waktu di masjid, mengaji  selepas maghrib di masjid. Indah. Bahkan sampai sekarang aku punya ingatan masa kecil saat aku berlari-lari bersama teman-teman menuju ke masjid untuk sholat Jum'at, dan aku terjatuh karena mukenahku "nyrimpet". Ah, jadi kangen masa-masa itu.

Ketika kemudian aku melanjutkan SMP di Surabaya, lingkunganku berubah 180 derajat. Nggak ada lagi sawah, batang padi, dan  tentu saja, nggak ada lagi berlarian ke masjid. Tapi untuk yang terakhir ini, sepertinya bapak sudah mengantisipasi. Beliau memasukkan aku di sebuah SMP Al-Irsyad. Sebuah SMP dengan pelajaran agama yang lumayan dan memisah murid laki-laki dan perempuan. Konon, bapak memilih sekolah ini karena di sini, tidak ada yang namanya acara Maulidan dan semacamnya. he..he..
Di sini, mataku mulai terbuka. Aku mulai melihat dunia yang berbeda. Susah payah aku membuka diri berbaur dengan teman-temanku. Delapan puluh persen lebih dari mereka adalah keturunan arab. Dengan berbagai kelebihan fisik dan keberlimpahan materi, mereka bagaikan bumi dan langit denganku. Tapi alhamdulillah, walaupun dengan tergagap, aku berhasil menyingkirkan "rasa berbeda" dan "kecil" , dan menjadi bagian dari mereka. Di sinilah aku mulai belajar. Bahwa diri kitalah yang seringkali menjadi penghalang untuk maju.

Dengan pengalaman seperti itu, aku menjalani masa SMA lebih mudah. Fase ini bapak mulai melepasku. Beliau menyerahkan urusan memilih sekolah penuh padaku. Dan akhirnya aku diterima di SMAN 9. Aku lebih santai. Tapi di sini, aku lebih sering merenung tentang hidup. Mulai mempertanyakan berbagai hal. Termasuk diantaranya masalah menutup aurat. Oh ya, aku mulai menutup aurat saat aku SMP, meskipun belum sempurna. Di SMA lah aku mulai konsisten berjilbab. Karena di sini, aku mulai sadar bahwa ternyata, ini bukan sekedar menutup rambut. Tapi lebih pada menunjukkan identitas keislaman pada orang lain. Saat masuk SMA, tahun 1993, berjilbab bukanlah pilihan yang populer. Dari lebih dari tiga ratus siswa baru, hanya empat orang yang memakainya. Di kelasku sendiri, aku satu-satunya yang memakainya. Ya, aku kembali memasuki zona tidak nyaman. Tapi di sinilah aku mulai memperbaiki diri. Lebih semangat mempelajari agama. Lebih menjaga prilaku. Meskipun sulit. he..he.. Tapi aku bersyukur, berbagai pelajaran kehidupan kudapat di sini. Pelajaran tentang bagaimana menenggang, menghargai, menghormati. Kok kayak pelajaran Pkn banget. Tapi suer, emang kayak bhinneka tunggal ika deh. Aku bergaul dengan teman dari berbagai agama, suku. Mulai yang ancur banget sampe anak SKI-Rohis sekarang-.  Sepertinya, pengalaman di SMA paling top deh. Termasuk kehilangan ibuku, setelah Ujian akhir.

Saat kuliah, biasa aja. Nggak terlalu bergejolak kayak di SMA. Yang bergejolak justru kondisi di rumah sih. Tapi aku nggak bisa cerita sekarang. Aku kembali memasuki zona nyaman. Kuliah di UNESA, aku seperti bertemu dengan teman-teman SD. Teman-teman dari berbagai daerah dengan semangat dan kepolosannnya. Dengan mimpi-mimpi yang sama, menjadi anak bangsa yang membuat orang tua bangga. Dan di sinilah aku sekarang. Menjadi guru matematika. Aku bersyukur bisa jadi bagian terdepan dalam mencerdaskan bangsa. Tapi, aku masih mengejar mimpiku yang lain. Menjadi penulis fiksi. Aku masih bermimpi. Suatu hari nanti, namaku ada di sampul sebuah novel, atau kumpulan cerpen. Insya Allah. Mudah-mudahan saja di usia yang nggak muda lagi ini, aku masih sanggup berlari, jatuh, bangkit, dan menggapai mimpi-mimpiku.







Rabu, 31 Juli 2013

Writing Challenge


abis Be We, nemu tantangan ini di sini. Mudah-mudahan bisa maksain diri buat tetep nulis. Bismillah..

Selasa, 18 Juni 2013

momen 12-12-12 ku


Judul di atas diambil tanpa bermaksud untuk mengistimewakan dan latah membuat momen di tanggal yang cuantik itu loh. Tapi memang aku mau berbagi  pengalaman  tak terlupakan  luar biasa yang kebetulan terjadi di tanggal itu. 

Cerita ini bermula dari akhir Nopember tahun  lalu. Setelah agak lama dalam masa penantian he..he.., akhirnya aku positif. Dua garis di tespack itu  membuatku girang setengah mati. Alhamdulillah.. syukur tak terkira padaMu ya Allah. Kami memang berencana untuk punya anak lagi. Anak keduaku sudah 4 tahun lebih, sudah lumayan mandiri, kooperatif, he.he.. narsis nih. Ditambah lagi pertimbangan faktor U (hiks.. pebruari tahun ini  aku 35!!), jadi kehamilan ini memang sudah kunanti-nantikan.

Nggak ada yang istimewa, maksudku, perubahan yang kualami. Kalau saat hamil anak pertama dan kedua dulu, trimester pertama tuh penuh siksaan dan kesengsaraan (tapi sengsara membawa nikmat sih..).Mulai serangan morning sickness, mual, muntah, pusing dan kawan-kawannya, sampai yang aneh-aneh kayak nggak bisa kena bau wangi. Meskipun aku bersyukur karena saat itu yang kualami masih tergolong "wajar". 
Nah, kehamilan kali ini, nggak kayak gitu. Pusing nggak, muntah-muntah juga nggak. Paling hanya mual, itupun kalau habis makan aja. Yang paling kerasa sih, badan jadi agak lumayan seger (baca: melar..he.he..), dan pinginnya tidur...terus, bawaannya ngantuk..aja. o iya, satu lagi, jerawat!! Jerawat gedhe-gedhe muncul di wajah. Sampe ada muridku yang bilang " ibu lagi puber ya..."  ha..belum tau dia..

Dan haripun berjalan dengan begitu indahnya. Kami semua antusias dengan hal ini. Suami  membelikanku buku "Bimbingan Rasulullah menyambut Buah Hati". wah, thanks ya yah.., jarang-jarang nih :). Dua laki-laki kecilku juga nggak kalah hebohnya.  Topic of the day mereka adalah adik baru. Di sekolah juga, kami (aku dan ibu-ibu guru lain) ngrumpiin ini juga. Oh iya, kebetulan saat itu,  ada dua orang temanku lagi yang sedang mengandung. Kita suka seru-seruan mbahas kehamilan kalau sedang istirahat. Untungnya, di sekolah kami ruang guru putra dan putri dipisah. Jadi puas-puasin deh ngomong apa aja, bapak-bapak nggak bakalan denger. He..he..


Sampai pada suatu siang (senin, 10 desember) sepulang ngajar, kepalaku pusing. Awalnya sih agak khawatir, tapi kupikir mungkin bawaan hamil. Dan Alhamdulillah setelah dibuat tidur agak lama, rasa pusingnya hilang.Tapi kekhawatiranku muncul lagi ketika malam hari dan menemukan darah saat  di kamar mandi. Kupikir mungkin darah menstruasi. Soalnya aku pernah denger cerita ada juga kok orang yang sedang mengandung juga tiap bulannya masih mens. Suami bilang mungkin karna kecapekan. Denger itu aku langsung tersadar. Kayak mendengar alarm di otakku. Pagi itu kuurungkan niatku untuk menjemur cucian di atas. hatiku nggak keruan. Pikiranku kemana-mana. Langsung keinget, dua hari sebelumnya( sabtu sore) aku ke Lamongan untuk ta'ziyah, berangkat jam setengah dua-an dan nyampe di Surabaya lagi jam 6-an, digonceng naik motor. Deg. Tapi bismillah, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa.

Pagi itu (selasa, 11 desember) aku ke sekolah seperti biasa, meskipun dengan hati dan pikiran yang semrawut. Sepulang dari sekolah, aku langsung ke rumah sakit.  Setelah mendengar ceritaku, dokter di KIA langsung bertanya "ibu naik turun tangga ta..."
 hiks, gimana nggak, ngajarku di lantai 3, di rumah juga, kalo jemur dan angkat cucian juga harus naik turun tangga. Akhirnya aku diberi pengantar ke dokter malam (spesialis). Waduh, pikiranku semakin nggak keruan. Ya Allah, jagalah janinku. 
Malamnya, aku berangkat ke rumah sakit lagi. Kali ini aku diantar suami dan anak-anak, tapi kemudian ditinggal.Anak-anak diantar suami  pulang karena mereka ngantuk, sedang suami menghadiri acara pengajian. Jadilah aku sendiri. Menunggu antrian pasien yang serasa berjam-jam. 
Dan akhirnya tiba giliran namaku dipanggil. Dan tidak sampai sepuluh menit setelah itu, kekhawatiranku benar-benar terjadi. Aku keguguran. Janinku nggak utuh lagi. Dari monitor USG, dokter memperlihatkan padaku, ada jaringan yang sudah terlepas. Aku tidak yakin dengan apa yang kurasakan saat itu. Rasanya sudah mau menangis, tapi rasa sedih itu seperti nyangkut di tenggorokan. Menit-menit selanjutnya seperti tanpa rasa. Yang kuingat hanya bahwa besok aku dijadwalkan untuk kuret jam tujuh pagi. Menuju perjalanan pulang, di becak (kendaraan favorit dimanapun dan kapanpun..:)), aku langsung sms suami. Dan setelah itu, pertahananku runtuh. Air mataku jatuh juga. Tapi sekuat tenaga kutahan lagi. Nggak lucu ah, naik becak sendirian, malem-malem, sambil termehek-mehek. Ntar dikira habis dianiaya..  :)

Sampai di rumah, rupanya Alif  - anak sulungku-  belum bobo. Dia sedang main dengan omnya. Setelah menyapa dia, aku langsung masuk kamar liat si adek. Alif langsung ngikut di belakangku. Melihat mereka berdua, perasaan yang tadi kutekan, mendesak-desak keluar. Tanpa bisa kucegah, air mata angsung meluncur begitu saja. Sekuat tenaga kutahan, kualihkan mukaku dari Alif. Tapi rupanya dia sempet menangkap air mataku.
"Bunda kok nangis..."
"..."
"Bunda sakkit.."
"mas, tadi, dokternya bilang, besok bunda harus operasi, soalnya, adek yang d perut sudah nggak sehat lagi..." di antara sedih dan bingung menjelaskan keguguran ke anak 6 tahun.
"bunda takut  ta, kok nangis..ojok takut bunda.. bu nurul lho, waktu itu juga operasi nggak takut" katanya menyebut gurunya yang memang habis operasi. Wah, rasanya tambah pengen nangis denger ini. langsung kupeluk dan mengucap hamdalah dalam hati.
"makasi ya nak.. bunda uda nggak takut lagi kok..."
Saat itu aku langsung teringat ayat yang diulang-ulang di surah ArRahman. Ya Allah, ampuni jika  hambaMu ini lalai dan kurang bersyukur.

Tengah malam, saat suamiku datang, aku terbangun. Barulah aku bisa meluapkan perasaanku. Campur aduk antara sedih, kecewa, sedikit sesal kenapa tidak hati-hati. Tapi kemudian aku tersadar saat suamiku bicara mengenai ketetapan Allah. bahwa tidak ada satu kejadianpun yang luput dari rencana indah Allah.

Dan pagipun tiba. Rabu, 12 Desember 2012, aku memasuki ruang bersalin untuk membersihkan sisa-sisa janin dalam rahimku. Hari itu adalah hari yang tidak mungkin aku lupa. Dan selalu menjadi pengingat untuk lebih hati-hati, lebih menjaga diri dan tentunya untuk lebih bersyukur kapada-Nya.

"






Rabu, 12 Juni 2013

You say it best, when you say nothing at all

Setengah berlari, Bhirawa berjalan menyusuri lorong fakultas. Matanya berulangkali berpindah dari jalan ke jam di pergelangan tangannya. Hawa Surabaya yang menyengat membuatnya berkali-kali  mengibaskan krah kemeja yang separuhnya telah basah oleh keringat. Langkahnya semakin cepat saat melintasi lapangan basket. Kaki kanannya baru saja menjejak rumput tepi lapangan ketika...

"Hei...Kapten Bhirawa.."
Panggilan  itu memaksanya untuk menoleh. Jarak lebih dari dua meter tidak membuatnya tidak mengenali sang pemilik suara. Bahkan senyum di wajahnya pun jelas terlihat. Mendadak semuanya terhenti. Tidak ada yang terburu-buru. Tidak ada detak jarum jam. Hanya detak di dadanya yang berlomba. Dan ketika sosok itu mendekat, mendadak suhu  udara turun, membuat  telapak tangannya berubah dingin.

"Bhira..masih ada kuliah..?"
"Enggak...abis ketemu Pak Lubis"
"Udah mau kelar nih skripsinya..."
"Ya...gitu lah..."
"Kamu..."
"eh..Nit, maaf ya, lagi buru-buru, belum dhuhur.." Suara itu seperti terpaksa keluar.
"Oh.. ok, sori...udah hampir jam satu ya.."  Suara itu menggantung.
"Bhira..ini dari aku, dibaca ya.." Sangat lirih, tapi jelas terdengar oleh Bhirawa.
Lipatan kertas itu perpindah tangan tanpa suara. Beberapa detik kemudian, tidak ada kesadaran. Sosok tadi sudah menjauh. Riuh suara sekeliling yang menyadarkannya untuk segera bergegas menuju masjid. Tangannya memasukkan kertas itu ke dalam tas.  

Aku tidak perlu membacanya Nita. Surat cintamu ini , aku yakin isinya juga mewakili perasaanku. Maafkan aku selama ini hanya diam, membuatmu nekat menunjukkan perasaanmu. Kau tahu, betapa aku menghormatimu. Dan menunggu saat yang tepat untuk  mengutarakan niatku. Tunggu aku Nita. Dua bulan lagi, bersama orang tuaku.




Cerita  ini diikutsertakan pada Flash Fiction Writing Contest:Senandung Cinta


Sabtu, 11 Mei 2013

Memaknai Sebuah Persahabatan



Sahabat itu adalah air.
meskipun emas lebih berharga dari air,
tapi faktanya manusia lebih membutuhkan air daripada emas


Setuju banget dengan quote di atas. Nggak bisa membayangkan hidup tanpa sahabat. Tanpa ada seseorang untuk berbagi senyum dan air mata. eh, serius amat..:) 
ehm, sahabatku siapa ya... Kalau suami tidak dihitung, ini sahabat-sahabatku :

1. Ria
nama lengkapnya Ria Juli Damayanti. Dia adalah sahabat saat SMA. Berawal dari seringnya naik angkot - kalo di Surabaya kita bilangnya lyn (baca Len) - bareng, kami jadi dekat. Padahal  nggak pernah sekelas lho. Tapi nggak tahu kenapa kami bisa sangat dekat. Dari Ria, aku belajar banyak tentang ketabahan dan kerja keras. Dengan kondisi ibu yang single parent, tak pernah sekalipun dia berkeluh kesah. Kondisi keluarga yang tak lengkap tidak lantas membuatnya meratapi nasib dan menyerah. I love you Ria..
Kami masih sesekali berhubungan, meskipun hanya lewat facebook atau sms. 

2. Dwi, Ima, Jihan, Nurul, dan Siwi
Geng waktu kuliah. Sahabat-sahabat yang luar biasa. Dengan berbagai karakter yang nggak sama, kami bisa kompak. Aku lupa kapan awalnya kami  "jadian". Yang pasti, makin mau lulus, kami makin lengket. Dengan saling support, kami Alhamdulillah bisa lulus kuliah tepat waktu, dan wisuda bareng. Kami masih berhubungan sampai sekarang, ya..tiga belas tahun setelah wisuda.  Meskipun tidak intens sih.

3. mbak Fitri dan Hamidah
Dua orang terakhir inilah yang jadi sahabat  selama kurang lebih  sepertiga usiaku. Kalau sahabat-sahabat sebelumnya mengalami pasang surut, maka dua sahabat terakhir inilah yang intens bertemu dan berinteraksi denganku. Kami dipertemukan di tempat kerja (baca: sekolah) hampir sebelas tahun yang lalu. Mungkin karena usia yang tidak terpaut jauh, atau persamaan status saat itu (jomblo maksudnye..), kami jadi punya keterikatan satu sama lain. 

Dan pola persahabanku mengalami transformasi. Tidak lagi bicara tentang naksir-naksiran, atau seru-seruan jalan bareng atau makan dimana...gitu. Sesekali iya sih. Tapi dari interaksi itu, aku belajar banyak hal. Sedikit banyak karakter dua sahabatku ini berkontribusi membentuk aku yang sekarang. Ya, kami selalu bertukar pandangan, saling mendukung, kadang-kadang juga saling adu argumen. 

Tetapi yang pasti, mereka berdua menginspirasiku. Uniknya, menurut aku, mereka berdua punya karakter yang bertolak belakang. Mbak Fitri, perempuan jawa tulen, dengan segala ewuh pakewuhnya dan Hamida, perempuan keturunan Arab dengan tanpa tedeng aling-alingnya. Mereka berdua luar biasa, dengan caranya sendiri. Aku belajar untuk menenggang rasa, menekan amarah, dan mengeluarkan kelemahlembutan dari mbak Fitri. Dan aku belajar untuk lebih terbuka, lebih asertif dari Hamidah. 
Kami juga saling mengingatkan dalam kebaikan. Mulai mencari ilmu-Nya, sampai memperbaiki  ibadah harian. Sampai status jomblo kami berubah, kami tetap bersahabat

Oh ya, baru seminggu  yang lalu sahabatku Hamidah menikah dan suaminya memboyongnya ke kota lain. Sedih sih. Tapi segala sesuatu diciptakan dengan takdirnya masinng-masing. Begitu juga dengan persahabatan kami. Kami melepasnya dengan air mata haru dan bahagia, dengan banyak do'a untuk lembaran baru yang akan dilaluinya. Insya Allah kami sudah menguatkan diri untuk persahabatan jarak jauh. he..he..

Bersyukur banget, Allah telah memberikan sahabat yang silih berganti. Memberikan berbagai warna dalam kehidupanku. Mudah-mudahan Allah memberkahi persahabatan  kita dan  berkenan menjadikannya sebagai pahala silaturrahim.



"Tulisan ini diikutsertakan dalam GA "Siapa Sahabatmu" pada blog senyumsyukurbahagia.blogspot.com, hidup bahagia dengan senyum dan syukur"



























Minggu, 31 Maret 2013

Prompt #7: Gosip




"saya bener-bener shock dengan berita ini.." perempuan setengah baya itu mengelus dada.

 "...ya gimana dong mbak, masak anak saya nikah nggak bilang sama saya, ibunya..." lanjutnya sambil membenahi penutup kepalanya.

"saya juga kaget mbak..." perempuan muda yang duduk di sampingnya angkat bicara.

 "saya kenal baik sama sepupu saya ini. Dia masih muda, kariernya lumayan. Nggak mungkin dia terburu-buru menikah kayak gini..."

 "...udah gitu nikahnya sama si Kipil. Pasti ada apa-apanya mbak...dia pasti kena pelet..." dia hampir berbisik.

 "...kalo nggak, mana mungkin sepupu saya yang cantik bisa jatuh cinta sama pelawak ini..."


 #efek nonton infotainment siang tadi

 Fiksi ini dibuat untuk belajar FF di MFF

Senin, 11 Maret 2013

{Prompt #5} Dilema


Roni menghempaskan lembaran itu ke lantai. Marni terdiam melihat Roni yang tampak gelisah.
"Tidak, jangan sekarang. Kasihan Ririn jika dia tahu tentang ini semua." Ucap Roni pada dirinya sendiri.
Marni memungut lembaran itu. Matanya perlahan menyusuri kalimat di dalamnya. Lembaran itu dilipatnya, kemudian membuka laci, dan meninggalkannya di sana. Hampir tanpa suara, diseretnya kursi lalu duduk di depan Roni. 
"Mas kecewa..." ujar Marni sambil meraih tangan suaminya.
Tidak ada jawaban. Marni hanya mendengar helaan nafas Roni yang berat. 
"Ririn udah gedhe mas... aku yakin dia bisa menerima kabar ini.."
"Coba baca ini..." Roni mengeluarkan HP dari saku, lalu menunjukkan sebuah pesan masuk pada Marni. 
"Dia yakin pasti diterima..." 
"ah, itu juga karna kau yang selalu menyemangati, hingga dia begitu berharap..." kata Marni dalam hati. Tak tega dia mengucapkannya. 

"Mungkin aku terlalu memaksakan kehendakku padanya. Dia terlalu penurut" Pandangan mata Roni sayu.
"Dia terlalu sayang pada ayahnya..." Marni mencoba tersenyum.
"Sampai mengorbankan keinginannya sendiri.." kata Roni sambil membalas senyum istrinya.
"Sudah...kan masih ada gelombang dua... nanti biar aku yang bicara..."Marni beranjak  keluar. 
"Sayang..." 
Marni menoleh..
"Sampaikan pada Ririn, dia boleh ambil jurusan apapun yang dia mau..."
Marni mengangguk.
Marni melenggang dengan ringan keluar kamar. Hatinya basah. 
Ya Allah, terima kasih, kau lunakkan hati suamiku.




Word count: 201
Fiksi ini dibuat dalam rangka belajar fiksi di grup  FB Monday FlashFiction

Minggu, 27 Januari 2013

Liburan yang Dinanti


Libur tlah tiba…
Libur tlah tiba…
Hore…hore…hore!!

Sepenggal lagu di atas, meskipun hanya tiga baris, tapi sudah cukup menggambarkan kebahagiaan seorang anak saat hari libur tiba. Begitu juga dengan kedua anak saya. Biasanya mereka menghitung hari menjelang libur sekolah. Ya, ini juga karena bundanya yang semangat woro-woro . :)

“Seminggu lagi libur panjang lho..”
Setelahnya, mereka langsung  menanyakan hari,  tanggal dan  heboh menghitung sendiri. Termasuk si adek yang belum faham konsep tanggal. Dan bisa dipastikan, setiap hari mereka akan menghitung mundur tanggal liburan.
“…berarti empat hari lagi ya bunda..”
“…hore.. kurang dua hari lagi…”

Dan obrolan di rumah nggak jauh-jauh dari tema besar itu. Kapan berangkatnya, nanti di sana mau ngapain aja. Oh ya, biasanya libur sekolah kami berkunjung ke kediaman mertua di desa. Di samping ingin mengenalkan keluarga besar suami dan menjalin hubungan yang dekat , juga ingin memberikan suasana yang berbeda dengan suasana sehari-hari di Surabaya.

Di sana, mereka bisa mendengar kokok ayam sebelum subuh, bermain di sungai, menangkap ikan di sawah, melihat dari dekat batang padi dengan bulirnya yang menguning, menangkap katak, atau kadang-kadang juga menangkap siput.
13591023631643498509
Senang sekali bisa melihat senyum dan tatapan takjub mereka ketika bisa memegang kecebong, yang selama ini hanya bisa mereka lihat di buku atau televisi.  Atau terkaget-kagetnya mereka ketika pertama kali mendengar suara tokek. Atau kadal yang menurut mereka buaya kecil.
Mereka bisa berlari seharian, manjat pohon, memakai topi yang biasa dipakai ke sawah, atau memakai senter yang digunakan untuk menangkap ikan, di kepala dengan bangganya.

Liburan yang begitu menyenangkan. Berharap mereka bisa mengambil kearifan alam, dan memberi mereka jejak pedesaan, seperti yang orang tua mereka pernah rasakan.
Have fun, keep explore your world ya nak…