Selasa, 18 Juni 2013

momen 12-12-12 ku


Judul di atas diambil tanpa bermaksud untuk mengistimewakan dan latah membuat momen di tanggal yang cuantik itu loh. Tapi memang aku mau berbagi  pengalaman  tak terlupakan  luar biasa yang kebetulan terjadi di tanggal itu. 

Cerita ini bermula dari akhir Nopember tahun  lalu. Setelah agak lama dalam masa penantian he..he.., akhirnya aku positif. Dua garis di tespack itu  membuatku girang setengah mati. Alhamdulillah.. syukur tak terkira padaMu ya Allah. Kami memang berencana untuk punya anak lagi. Anak keduaku sudah 4 tahun lebih, sudah lumayan mandiri, kooperatif, he.he.. narsis nih. Ditambah lagi pertimbangan faktor U (hiks.. pebruari tahun ini  aku 35!!), jadi kehamilan ini memang sudah kunanti-nantikan.

Nggak ada yang istimewa, maksudku, perubahan yang kualami. Kalau saat hamil anak pertama dan kedua dulu, trimester pertama tuh penuh siksaan dan kesengsaraan (tapi sengsara membawa nikmat sih..).Mulai serangan morning sickness, mual, muntah, pusing dan kawan-kawannya, sampai yang aneh-aneh kayak nggak bisa kena bau wangi. Meskipun aku bersyukur karena saat itu yang kualami masih tergolong "wajar". 
Nah, kehamilan kali ini, nggak kayak gitu. Pusing nggak, muntah-muntah juga nggak. Paling hanya mual, itupun kalau habis makan aja. Yang paling kerasa sih, badan jadi agak lumayan seger (baca: melar..he.he..), dan pinginnya tidur...terus, bawaannya ngantuk..aja. o iya, satu lagi, jerawat!! Jerawat gedhe-gedhe muncul di wajah. Sampe ada muridku yang bilang " ibu lagi puber ya..."  ha..belum tau dia..

Dan haripun berjalan dengan begitu indahnya. Kami semua antusias dengan hal ini. Suami  membelikanku buku "Bimbingan Rasulullah menyambut Buah Hati". wah, thanks ya yah.., jarang-jarang nih :). Dua laki-laki kecilku juga nggak kalah hebohnya.  Topic of the day mereka adalah adik baru. Di sekolah juga, kami (aku dan ibu-ibu guru lain) ngrumpiin ini juga. Oh iya, kebetulan saat itu,  ada dua orang temanku lagi yang sedang mengandung. Kita suka seru-seruan mbahas kehamilan kalau sedang istirahat. Untungnya, di sekolah kami ruang guru putra dan putri dipisah. Jadi puas-puasin deh ngomong apa aja, bapak-bapak nggak bakalan denger. He..he..


Sampai pada suatu siang (senin, 10 desember) sepulang ngajar, kepalaku pusing. Awalnya sih agak khawatir, tapi kupikir mungkin bawaan hamil. Dan Alhamdulillah setelah dibuat tidur agak lama, rasa pusingnya hilang.Tapi kekhawatiranku muncul lagi ketika malam hari dan menemukan darah saat  di kamar mandi. Kupikir mungkin darah menstruasi. Soalnya aku pernah denger cerita ada juga kok orang yang sedang mengandung juga tiap bulannya masih mens. Suami bilang mungkin karna kecapekan. Denger itu aku langsung tersadar. Kayak mendengar alarm di otakku. Pagi itu kuurungkan niatku untuk menjemur cucian di atas. hatiku nggak keruan. Pikiranku kemana-mana. Langsung keinget, dua hari sebelumnya( sabtu sore) aku ke Lamongan untuk ta'ziyah, berangkat jam setengah dua-an dan nyampe di Surabaya lagi jam 6-an, digonceng naik motor. Deg. Tapi bismillah, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa.

Pagi itu (selasa, 11 desember) aku ke sekolah seperti biasa, meskipun dengan hati dan pikiran yang semrawut. Sepulang dari sekolah, aku langsung ke rumah sakit.  Setelah mendengar ceritaku, dokter di KIA langsung bertanya "ibu naik turun tangga ta..."
 hiks, gimana nggak, ngajarku di lantai 3, di rumah juga, kalo jemur dan angkat cucian juga harus naik turun tangga. Akhirnya aku diberi pengantar ke dokter malam (spesialis). Waduh, pikiranku semakin nggak keruan. Ya Allah, jagalah janinku. 
Malamnya, aku berangkat ke rumah sakit lagi. Kali ini aku diantar suami dan anak-anak, tapi kemudian ditinggal.Anak-anak diantar suami  pulang karena mereka ngantuk, sedang suami menghadiri acara pengajian. Jadilah aku sendiri. Menunggu antrian pasien yang serasa berjam-jam. 
Dan akhirnya tiba giliran namaku dipanggil. Dan tidak sampai sepuluh menit setelah itu, kekhawatiranku benar-benar terjadi. Aku keguguran. Janinku nggak utuh lagi. Dari monitor USG, dokter memperlihatkan padaku, ada jaringan yang sudah terlepas. Aku tidak yakin dengan apa yang kurasakan saat itu. Rasanya sudah mau menangis, tapi rasa sedih itu seperti nyangkut di tenggorokan. Menit-menit selanjutnya seperti tanpa rasa. Yang kuingat hanya bahwa besok aku dijadwalkan untuk kuret jam tujuh pagi. Menuju perjalanan pulang, di becak (kendaraan favorit dimanapun dan kapanpun..:)), aku langsung sms suami. Dan setelah itu, pertahananku runtuh. Air mataku jatuh juga. Tapi sekuat tenaga kutahan lagi. Nggak lucu ah, naik becak sendirian, malem-malem, sambil termehek-mehek. Ntar dikira habis dianiaya..  :)

Sampai di rumah, rupanya Alif  - anak sulungku-  belum bobo. Dia sedang main dengan omnya. Setelah menyapa dia, aku langsung masuk kamar liat si adek. Alif langsung ngikut di belakangku. Melihat mereka berdua, perasaan yang tadi kutekan, mendesak-desak keluar. Tanpa bisa kucegah, air mata angsung meluncur begitu saja. Sekuat tenaga kutahan, kualihkan mukaku dari Alif. Tapi rupanya dia sempet menangkap air mataku.
"Bunda kok nangis..."
"..."
"Bunda sakkit.."
"mas, tadi, dokternya bilang, besok bunda harus operasi, soalnya, adek yang d perut sudah nggak sehat lagi..." di antara sedih dan bingung menjelaskan keguguran ke anak 6 tahun.
"bunda takut  ta, kok nangis..ojok takut bunda.. bu nurul lho, waktu itu juga operasi nggak takut" katanya menyebut gurunya yang memang habis operasi. Wah, rasanya tambah pengen nangis denger ini. langsung kupeluk dan mengucap hamdalah dalam hati.
"makasi ya nak.. bunda uda nggak takut lagi kok..."
Saat itu aku langsung teringat ayat yang diulang-ulang di surah ArRahman. Ya Allah, ampuni jika  hambaMu ini lalai dan kurang bersyukur.

Tengah malam, saat suamiku datang, aku terbangun. Barulah aku bisa meluapkan perasaanku. Campur aduk antara sedih, kecewa, sedikit sesal kenapa tidak hati-hati. Tapi kemudian aku tersadar saat suamiku bicara mengenai ketetapan Allah. bahwa tidak ada satu kejadianpun yang luput dari rencana indah Allah.

Dan pagipun tiba. Rabu, 12 Desember 2012, aku memasuki ruang bersalin untuk membersihkan sisa-sisa janin dalam rahimku. Hari itu adalah hari yang tidak mungkin aku lupa. Dan selalu menjadi pengingat untuk lebih hati-hati, lebih menjaga diri dan tentunya untuk lebih bersyukur kapada-Nya.

"






Rabu, 12 Juni 2013

You say it best, when you say nothing at all

Setengah berlari, Bhirawa berjalan menyusuri lorong fakultas. Matanya berulangkali berpindah dari jalan ke jam di pergelangan tangannya. Hawa Surabaya yang menyengat membuatnya berkali-kali  mengibaskan krah kemeja yang separuhnya telah basah oleh keringat. Langkahnya semakin cepat saat melintasi lapangan basket. Kaki kanannya baru saja menjejak rumput tepi lapangan ketika...

"Hei...Kapten Bhirawa.."
Panggilan  itu memaksanya untuk menoleh. Jarak lebih dari dua meter tidak membuatnya tidak mengenali sang pemilik suara. Bahkan senyum di wajahnya pun jelas terlihat. Mendadak semuanya terhenti. Tidak ada yang terburu-buru. Tidak ada detak jarum jam. Hanya detak di dadanya yang berlomba. Dan ketika sosok itu mendekat, mendadak suhu  udara turun, membuat  telapak tangannya berubah dingin.

"Bhira..masih ada kuliah..?"
"Enggak...abis ketemu Pak Lubis"
"Udah mau kelar nih skripsinya..."
"Ya...gitu lah..."
"Kamu..."
"eh..Nit, maaf ya, lagi buru-buru, belum dhuhur.." Suara itu seperti terpaksa keluar.
"Oh.. ok, sori...udah hampir jam satu ya.."  Suara itu menggantung.
"Bhira..ini dari aku, dibaca ya.." Sangat lirih, tapi jelas terdengar oleh Bhirawa.
Lipatan kertas itu perpindah tangan tanpa suara. Beberapa detik kemudian, tidak ada kesadaran. Sosok tadi sudah menjauh. Riuh suara sekeliling yang menyadarkannya untuk segera bergegas menuju masjid. Tangannya memasukkan kertas itu ke dalam tas.  

Aku tidak perlu membacanya Nita. Surat cintamu ini , aku yakin isinya juga mewakili perasaanku. Maafkan aku selama ini hanya diam, membuatmu nekat menunjukkan perasaanmu. Kau tahu, betapa aku menghormatimu. Dan menunggu saat yang tepat untuk  mengutarakan niatku. Tunggu aku Nita. Dua bulan lagi, bersama orang tuaku.




Cerita  ini diikutsertakan pada Flash Fiction Writing Contest:Senandung Cinta