Beberapa hari terakhir ini, sering berfikir untuk berhenti mengajar dan mulai menjadi full time mommy. Sebenarnya ini bukan baru pertama sih, tapi banyak hal yang terjadi belakangan ini membuat tekadku semakin bulat.
Perjuangan untuk tetap mengajar disamping menjadi ibu dari 2 anak (yang kedua-duanya TK), benar-benar berat luar biasa. Memang, ada saat-saat dimana aku begitu menikmati peran itu. Menyiapkan sarapan, bekal anak-anak ke sekolah sambil juga menyiapkan keperluanku sendiri. Berlomba dengan jarum jam yang terus berputar, kita harus menyelesaikan rutinitas pagi dan keluar rumah sebelum 6.15. Berjalan, kadang berlari bersama anak-anak menyusul suami yang sudah siap dengan motornya. Di sisi lain, menjadi guru juga begitu menyenangkan. Berinteraksi dengan
murid-murid di kelas, menatap wajah-wajah penuh ingin tahu, mengamati tingkah
mereka yang beraneka rupa, melihat senyum tulus mereka. Ah, rasanya tidak
mungkin aku bisa meninggalkan profesi ini.
Tapi ada juga saat-saat ketika hari - hari begitu tidak bersahabat. Cucian piring yang menumpuk, tumpukan pakaian yang belum disetrika, bersaing dengan perangkat mengajar yang belum selesai, soal ulangan harian yang belum dibuat atau bahkan ulangan harian sebelumnya yang belum dikoreksi. Belum lagi kalau sarapan anak-anak ala kadarnya. Serasa jadi ibu durhaka jadinya.
Suami dan teman-teman terdekat biasanya menenangkan aku dengan mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja. Aku bisa menjalani peran ini dengan baik. Toh, anak-anak berkembang dengan normal. Tapi entahlah, ada sisi dalam diriku yang mengatakan bahwa anak-anakku tidak mendapatkan haknya penuh dari bundanya.
Overall, yang terpenting sekarang adalah menikmati peranku. Menikmati segala keriuhan dalam hidupku. Memulai pagi hari dengan berbagai kehebohan, dan selalu mengakhiri hari dengan rasa syukur melihat senyum dalam tidur anak-anakku.
Dan menjadi fulltime mommy, masih menjadi impianku.