Judul di atas diambil tanpa bermaksud untuk mengistimewakan dan latah membuat momen di tanggal yang cuantik itu loh. Tapi memang aku mau berbagi pengalaman tak terlupakan luar biasa yang kebetulan terjadi di tanggal itu.
Cerita ini bermula dari akhir Nopember tahun lalu. Setelah agak lama dalam masa penantian he..he.., akhirnya aku positif. Dua garis di tespack itu membuatku girang setengah mati. Alhamdulillah.. syukur tak terkira padaMu ya Allah. Kami memang berencana untuk punya anak lagi. Anak keduaku sudah 4 tahun lebih, sudah lumayan mandiri, kooperatif, he.he.. narsis nih. Ditambah lagi pertimbangan faktor U (hiks.. pebruari tahun ini aku 35!!), jadi kehamilan ini memang sudah kunanti-nantikan.
Nggak ada yang istimewa, maksudku, perubahan yang kualami. Kalau saat hamil anak pertama dan kedua dulu, trimester pertama tuh penuh siksaan dan kesengsaraan (tapi sengsara membawa nikmat sih..).Mulai serangan morning sickness, mual, muntah, pusing dan kawan-kawannya, sampai yang aneh-aneh kayak nggak bisa kena bau wangi. Meskipun aku bersyukur karena saat itu yang kualami masih tergolong "wajar".
Nah, kehamilan kali ini, nggak kayak gitu. Pusing nggak, muntah-muntah juga nggak. Paling hanya mual, itupun kalau habis makan aja. Yang paling kerasa sih, badan jadi agak lumayan seger (baca: melar..he.he..), dan pinginnya tidur...terus, bawaannya ngantuk..aja. o iya, satu lagi, jerawat!! Jerawat gedhe-gedhe muncul di wajah. Sampe ada muridku yang bilang " ibu lagi puber ya..." ha..belum tau dia..
Dan haripun berjalan dengan begitu indahnya. Kami semua antusias dengan hal ini. Suami membelikanku buku "Bimbingan Rasulullah menyambut Buah Hati". wah, thanks ya yah.., jarang-jarang nih :). Dua laki-laki kecilku juga nggak kalah hebohnya. Topic of the day mereka adalah adik baru. Di sekolah juga, kami (aku dan ibu-ibu guru lain) ngrumpiin ini juga. Oh iya, kebetulan saat itu, ada dua orang temanku lagi yang sedang mengandung. Kita suka seru-seruan mbahas kehamilan kalau sedang istirahat. Untungnya, di sekolah kami ruang guru putra dan putri dipisah. Jadi puas-puasin deh ngomong apa aja, bapak-bapak nggak bakalan denger. He..he..
Sampai pada suatu siang (senin, 10 desember) sepulang ngajar, kepalaku pusing. Awalnya sih agak khawatir, tapi kupikir mungkin bawaan hamil. Dan Alhamdulillah setelah dibuat tidur agak lama, rasa pusingnya hilang.Tapi kekhawatiranku muncul lagi ketika malam hari dan menemukan darah saat di kamar mandi. Kupikir mungkin darah menstruasi. Soalnya aku pernah denger cerita ada juga kok orang yang sedang mengandung juga tiap bulannya masih mens. Suami bilang mungkin karna kecapekan. Denger itu aku langsung tersadar. Kayak mendengar alarm di otakku. Pagi itu kuurungkan niatku untuk menjemur cucian di atas. hatiku nggak keruan. Pikiranku kemana-mana. Langsung keinget, dua hari sebelumnya( sabtu sore) aku ke Lamongan untuk ta'ziyah, berangkat jam setengah dua-an dan nyampe di Surabaya lagi jam 6-an, digonceng naik motor. Deg. Tapi bismillah, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa.
Pagi itu (selasa, 11 desember) aku ke sekolah seperti biasa, meskipun dengan hati dan pikiran yang semrawut. Sepulang dari sekolah, aku langsung ke rumah sakit. Setelah mendengar ceritaku, dokter di KIA langsung bertanya "ibu naik turun tangga ta..."
hiks, gimana nggak, ngajarku di lantai 3, di rumah juga, kalo jemur dan angkat cucian juga harus naik turun tangga. Akhirnya aku diberi pengantar ke dokter malam (spesialis). Waduh, pikiranku semakin nggak keruan. Ya Allah, jagalah janinku.
Malamnya, aku berangkat ke rumah sakit lagi. Kali ini aku diantar suami dan anak-anak, tapi kemudian ditinggal.Anak-anak diantar suami pulang karena mereka ngantuk, sedang suami menghadiri acara pengajian. Jadilah aku sendiri. Menunggu antrian pasien yang serasa berjam-jam.
Dan akhirnya tiba giliran namaku dipanggil. Dan tidak sampai sepuluh menit setelah itu, kekhawatiranku benar-benar terjadi. Aku keguguran. Janinku nggak utuh lagi. Dari monitor USG, dokter memperlihatkan padaku, ada jaringan yang sudah terlepas. Aku tidak yakin dengan apa yang kurasakan saat itu. Rasanya sudah mau menangis, tapi rasa sedih itu seperti nyangkut di tenggorokan. Menit-menit selanjutnya seperti tanpa rasa. Yang kuingat hanya bahwa besok aku dijadwalkan untuk kuret jam tujuh pagi. Menuju perjalanan pulang, di becak (kendaraan favorit dimanapun dan kapanpun..:)), aku langsung sms suami. Dan setelah itu, pertahananku runtuh. Air mataku jatuh juga. Tapi sekuat tenaga kutahan lagi. Nggak lucu ah, naik becak sendirian, malem-malem, sambil termehek-mehek. Ntar dikira habis dianiaya.. :)
Sampai di rumah, rupanya Alif - anak sulungku- belum bobo. Dia sedang main dengan omnya. Setelah menyapa dia, aku langsung masuk kamar liat si adek. Alif langsung ngikut di belakangku. Melihat mereka berdua, perasaan yang tadi kutekan, mendesak-desak keluar. Tanpa bisa kucegah, air mata angsung meluncur begitu saja. Sekuat tenaga kutahan, kualihkan mukaku dari Alif. Tapi rupanya dia sempet menangkap air mataku.
"Bunda kok nangis..."
"..."
"Bunda sakkit.."
"mas, tadi, dokternya bilang, besok bunda harus operasi, soalnya, adek yang d perut sudah nggak sehat lagi..." di antara sedih dan bingung menjelaskan keguguran ke anak 6 tahun.
"bunda takut ta, kok nangis..ojok takut bunda.. bu nurul lho, waktu itu juga operasi nggak takut" katanya menyebut gurunya yang memang habis operasi. Wah, rasanya tambah pengen nangis denger ini. langsung kupeluk dan mengucap hamdalah dalam hati.
"makasi ya nak.. bunda uda nggak takut lagi kok..."
Saat itu aku langsung teringat ayat yang diulang-ulang di surah ArRahman. Ya Allah, ampuni jika hambaMu ini lalai dan kurang bersyukur.
Tengah malam, saat suamiku datang, aku terbangun. Barulah aku bisa meluapkan perasaanku. Campur aduk antara sedih, kecewa, sedikit sesal kenapa tidak hati-hati. Tapi kemudian aku tersadar saat suamiku bicara mengenai ketetapan Allah. bahwa tidak ada satu kejadianpun yang luput dari rencana indah Allah.
Dan pagipun tiba. Rabu, 12 Desember 2012, aku memasuki ruang bersalin untuk membersihkan sisa-sisa janin dalam rahimku. Hari itu adalah hari yang tidak mungkin aku lupa. Dan selalu menjadi pengingat untuk lebih hati-hati, lebih menjaga diri dan tentunya untuk lebih bersyukur kapada-Nya.
"
Sampai di rumah, rupanya Alif - anak sulungku- belum bobo. Dia sedang main dengan omnya. Setelah menyapa dia, aku langsung masuk kamar liat si adek. Alif langsung ngikut di belakangku. Melihat mereka berdua, perasaan yang tadi kutekan, mendesak-desak keluar. Tanpa bisa kucegah, air mata angsung meluncur begitu saja. Sekuat tenaga kutahan, kualihkan mukaku dari Alif. Tapi rupanya dia sempet menangkap air mataku.
"Bunda kok nangis..."
"..."
"Bunda sakkit.."
"mas, tadi, dokternya bilang, besok bunda harus operasi, soalnya, adek yang d perut sudah nggak sehat lagi..." di antara sedih dan bingung menjelaskan keguguran ke anak 6 tahun.
"bunda takut ta, kok nangis..ojok takut bunda.. bu nurul lho, waktu itu juga operasi nggak takut" katanya menyebut gurunya yang memang habis operasi. Wah, rasanya tambah pengen nangis denger ini. langsung kupeluk dan mengucap hamdalah dalam hati.
"makasi ya nak.. bunda uda nggak takut lagi kok..."
Saat itu aku langsung teringat ayat yang diulang-ulang di surah ArRahman. Ya Allah, ampuni jika hambaMu ini lalai dan kurang bersyukur.
Tengah malam, saat suamiku datang, aku terbangun. Barulah aku bisa meluapkan perasaanku. Campur aduk antara sedih, kecewa, sedikit sesal kenapa tidak hati-hati. Tapi kemudian aku tersadar saat suamiku bicara mengenai ketetapan Allah. bahwa tidak ada satu kejadianpun yang luput dari rencana indah Allah.
Dan pagipun tiba. Rabu, 12 Desember 2012, aku memasuki ruang bersalin untuk membersihkan sisa-sisa janin dalam rahimku. Hari itu adalah hari yang tidak mungkin aku lupa. Dan selalu menjadi pengingat untuk lebih hati-hati, lebih menjaga diri dan tentunya untuk lebih bersyukur kapada-Nya.
"